Liburan_Syakirah Amalia_Diet Sehat, Obat Tepat: Strategi Atasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diet Sehat, Obat Tepat: Strategi Atasi Diabetes Mellitus Tipe 2 

Perubahan gaya hidup sering diabaikan? Inilah alasan mengapa diabetes mellitus tipe 2 sulit dikendalikan

Ilustrasi Diabetes Melitus Tipe 2
                     Ilustrasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Mengapa Prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terus Meningkat?

Diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia, termasuk di Indonesia, dengan peningkatan prevalensi yang signifikan. Peningkatan ini seringkali dikaitkan dengan gaya hidup yang kurang sehat, terutama pada pola makan yang tinggi kalori dan rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik. Pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang sedentari meningkatkan risiko resistensi insulin, yang merupakan salah satu faktor utama dalam perkembangan DM tipe 2.

Gaya hidup modern yang serba cepat juga mendorong konsumsi makanan olahan dan minuman manis dengan indeks glikemik tinggi. Selain itu, stres yang meningkat akibat tekanan hidup sehari-hari dapat memperbaiki kondisi ini, karena stres kronis dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon stres, seperti kortisol, yang mempengaruhi metabolisme glukosa dan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2.

Bagaimana Perubahan Gaya Hidup Dapat Membantu Mengelola DM Tipe 2?

Modifikasi gaya hidup adalah pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 2. Perubahan ini melibatkan penyesuaian pola makan, peningkatan aktivitas fisik, dan manajemen stres. Diet sehat dan seimbang, yang rendah kalori dan rendah lemak jenuh, sangat dianjurkan. Pasien DM tipe 2 disarankan untuk meningkatkan konsumsi sayuran, buah-buahan, dan serat, serta mengurangi asupan makanan olahan dan minuman manis.

Aktivitas fisik juga merupakan komponen kunci dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan fisik teratur, seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang, dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu dalam pengendalian glikemik. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan aktivitas aerobik minimal 150 menit dengan intensitas sedang hingga tinggi setiap minggu, yang dapat dibagi dalam beberapa sesi latihan. Latihan resistensi, seperti angkat beban, juga disarankan karena dapat membantu memperbaiki komposisi tubuh dan meningkatkan metabolisme.

Namun, meskipun perubahan gaya hidup sangat penting, banyak pasien yang kesulitan untuk mematuhi rekomendasi ini secara konsisten. Tantangan seperti kurangnya waktu, motivasi, dan dukungan sosial seringkali menjadi tantangan dalam mengadopsi gaya hidup sehat secara berkelanjutan.

Kapan Terapi Farmakologis Diperlukan dalam Pengelolaan DM Tipe 2?

Meskipun modifikasi gaya hidup adalah komponen utama dalam pengelolaan DM tipe 2, pada banyak kasus, perubahan gaya hidup saja tidak cukup untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal. Ketika kadar glukosa darah tidak dapat diturunkan ke tingkat yang diinginkan melalui diet dan olahraga, diperlukan intervensi farmakologis.

Metformin sering kali menjadi obat pilihan pertama dalam terapi DM tipe 2 karena efektivitasnya dalam menurunkan produksi glukosa oleh hati dan meningkatkan sensitivitas insulin. Selain itu, metformin memiliki profil keamanan yang baik dan biaya yang relatif terjangkau, menjadikannya menjadi pilihan yang populer.

Namun, dalam banyak kasus, monoterapi metformin tidak cukup, dan perlu dikombinasikan dengan agen antidiabetik lainnya, seperti inhibitor SGLT2, agonis GLP-1, atau insulin basal. Pemilihan terapi tambahan ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk adanya komorbiditas seperti penyakit kardiovaskular, risiko hipoglikemia, dan kebutuhan penurunan berat badan.

Mengapa Pemantauan dan Skrining Rutin Penting dalam Pengelolaan DM Tipe 2?

Pemantauan glikemik yang teratur merupakan komponen penting dalam pengelolaan DM tipe 2. Pengukuran kadar glukosa darah harian dan pemeriksaan HbA1c setiap 3 hingga 6 bulan memungkinkan dokter untuk memberikan efektivitas pengobatan yang sedang berjalan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Target HbA1c yang umum dianjurkan adalah di bawah 7%, namun target ini dapat disesuaikan berdasarkan usia pasien, durasi diabetes, dan risiko hipoglikemia.

Selain pemantauan glikemik, skrining rutin terhadap komplikasi diabetes sangat penting untuk mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut. Misalnya, skrining retinopati diabetik melalui pemeriksaan mata secara teratur dapat membantu mendeteksi dan mengobati gangguan penglihatan pada tahap awal. Skrining untuk nefropati, yang mencakup pemeriksaan albuminuria dan fungsi ginjal, juga penting untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih lanjut.

Manajemen neuropati diabetik, termasuk pengendalian nyeri dan pengawasan kaki untuk mencegah ulkus, juga merupakan bagian integral dari pengelolaan DM tipe 2. Dengan pemantauan yang tepat dan skrining yang komprehensif, komplikasi diabetes dapat dideteksi dan diatasi lebih awal, sehingga mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Ilustrasi Ulkus
                                    Ilustrasi Ulkus

DAFTAR PUSTAKA

  1. Yahmal P, Zuraida R. Penatalaksanaan holistik pasien perempuan usia 59 tahun dengan diabetes melitus tipe 2 dan gizi buruk melalui pendekatan kedokteran keluarga di puskesmas tanjung sari natar. medula. 2024;14(2). Tersedia dari: https://doi.org/10.53089/medula.v14i2.973 .
  2. Institut Nasional untuk Keunggulan Kesehatan dan Perawatan (NICE). Diabetes tipe 2 pada orang dewasa: manajemen. Pedoman BAGUS [NG28]. Diterbitkan 2 Desember 2015; diperbarui 29 Juni 2022.
  3. Asosiasi Diabetes Amerika. Biaya ekonomi diabetes di AS Dalam: Koleksi Khusus: Ekonomi dan Diabetes. Perawatan Diabetes. Maret 2020;41(5):917–28.
  4. Syed FZ. Perawatan farmakologis pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2: pertimbangan efektivitas biaya dan komorbiditas. Ann Magang Med. 2024 3 September;177(5):680–1.
  5. Mani S, Balasubramanian A, Veluswami K, Rao S, Aggarwal S. Inhibitor sodium-glucose cotransporter-2 (SGLT2) dan hasil kardiovaskular: tinjauan pustaka. Penyembuh. 2024;16(5)

Share your thoughts