Liburan_Amaliah Herawati_Phatophysiology PCOS

Polycystic ovary syndrome (PCOS) 

Gambar 1. Polycystic ovary

 

Sebagai makhluk Tuhan yang sangat dilindungi, ternyata 7% dari perempuan di Dunia dapat berpotensi terkena penyakit Polycystic ovary syndrome atau yang kerap kali disingkat dan dikenal sebagai PCOS. Penyakit ini paling umum terjadi pada perempuan usia reproduksi. Gejala biasanya dimulai dari usia 18 sampai 29 tahun. Pasien PCOS lebih sering mengalami ketidakteraturan dalam siklus menstruasi, hal ini menunjukan anovulasi atau tidak terjadinya pelepasan sel telur oleh Ovarium. Selain itu Kondisi kompleks yang ditandai dari PCOS adalah adanya peningkatan kadar androgen, muncul kista kecil pada satu atau kedua ovarium. Penyakit ini lebih sering tertunda dalam pengobatan, namun terdapat identifikasi dini yang sering terjadi seperti penyakit Kardiovaskular, Metabolisme dan Neoplastik. 

PCOS adalah suatu kondisi hiperandrogenik yang disertai dengan oligo-anovulasi (gangguan ovulasi) yang tidak bisa dijelaskan oleh kondisi lain. PCOS merupakan diagnosis pengecualian, tetapi menjadi penyebab utama dari kondisi hiperandrogenik. Sebagian besar kasus PCOS disebabkan oleh hiperandrogenisme ovarium fungsional (FOH). Dua pertiga dari kasus PCOS menunjukkan hiperandrogenisme ovarium fungsional khas, yang ditandai dengan sekresi androgen yang tidak teratur dan respons berlebihan dari 17-hidroksiprogesteron (17-OHP) terhadap stimulasi gonadotropin. Sisanya menunjukkan FOH atipikal, yang tidak memiliki respons berlebihan terhadap 17-OHP, tetapi peningkatan kadar testosteron dapat mendeteksi kondisi ini setelah penekanan produksi androgen adrenal. Sekitar 3% pasien PCOS mengalami hiperandrogenisme adrenal fungsional terisolasi. Sementara kasus PCOS ringan tidak menunjukkan kelainan sekresi steroid dan sebagian besar pasiennya mengalami obesitas, yang dianggap sebagai penyebab PCOS atipikal mereka.

Hiperandrogenisme ovarium fungsional pada PCOS ditandai dengan tiga ciri utama: hiperandrogenisme, oligo-anovulasi, dan morfologi ovarium polikistik. Kondisi ini bersifat multifaktorial, dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu penyebabnya adalah kelebihan insulin, yang meningkatkan sensitivitas ovarium terhadap hormon luteinisasi (LH), mengganggu proses desensitisasi LH dalam siklus ovulasi normal. Selain itu, terdapat ketidakseimbangan intrinsik dalam sistem pengaturan intraovarian. Sel theca pada PCOS menunjukkan ekspresi berlebihan dari sebagian besar enzim steroidogenik, termasuk P450c17, yang berperan dalam sintesis androgen. Hiperandrogenisme ini mengakibatkan peningkatan perekrutan awal folikel primordial, luteinisasi prematur, dan gangguan pemilihan folikel dominan. Hal ini menyebabkan perubahan histopatologis dan anatomis yang khas dari PCOS. Meski peningkatan LH umum terjadi pada PCOS, kelebihan LH bukanlah penyebab utama dari hiperandrogenisme ovarium, karena sel theca mengalami desensitisasi akibat LH.

Sekitar setengah dari pasien dengan hiperandrogenisme ovarium fungsional mengalami hiperinsulinisme resisten insulin. Kondisi ini meningkatkan steroidogenesis pada sel theca dan menyebabkan luteinisasi sel granulosa secara prematur, serta merangsang akumulasi lemak. Hiperandrogenemia memicu kelebihan LH, yang kemudian memperparah kondisi. Disregulasi hormon ovarium mempengaruhi pelepasan hormon pelepas gonadotropin (GnRH) secara pulsatile, meningkatkan biosintesis dan sekresi LH dibandingkan dengan hormon perangsang folikel (FSH). LH merangsang produksi androgen ovarium, sementara penurunan relatif FSH mencegah stimulasi aktivitas aromatase yang memadai di sel granulosa, mengurangi konversi androgen menjadi estrogen estradiol. Akibatnya, terbentuk pola hormon non-siklik yang memperburuk kondisi. Peningkatan androgen serum diubah menjadi estrogen, terutama estrone, di jaringan adiposa. Proses ini menambah produksi estrogen pada pasien PCOS obesitas, menyebabkan umpan balik kronis di hipotalamus dan kelenjar hipofisis yang berbeda dari fluktuasi normal yang terjadi pada siklus menstruasi. Estrogen yang berlebihan dapat menyebabkan hiperplasia endometrium. Hal ini yang dapat menjadi terjadinya suatu kondisi PCOS.http://Ndefo UA, Eaton A, Green MR. Polycystic ovary syndrome: a review of treatment options with a focus on pharmacological approaches. P & T : a peer-reviewed journal for formulary management. 2013;38(6):336–55.

Share your thoughts