Liburan_[Inggrid Amadea]_Kurang Gizi Indonesia: Masalah Struktural

Gambaran anak-anak di situasi kemiskinan dan rentan mengalami gizi buruk
Anak-anak di daerah rural dan miskin lebih rentan mengalami stunting dan kurang gizi

 

Kurang Gizi dan Kemiskinan

 

Tidaklah asing pemandangan poster bertuliskan ‘Ayo Cegah Stunting’ serta ajakan serupa lainnya tertempel di dinding dan mading puskesmas ataupun posyandu. Tidak jarang pula terlihat poster atau infografis berisi penjelasan tentang stunting dan tanda-tandanya. Ini menunjukkan stunting masih menjadi salah satu tantangan yang masih harus Indonesia taklukkan. Mengutip dari World Health Organization (WHO), stunting merupakan masalah perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seorang anak disebut sebagai stunting jika tidak memenuhi standar pengukuran WHO Child Growth Standards. Gagal tumbuh atau stunting bukan hanya soal kekurangan gizi. Stunting di Indonesia berakar dari masalah kemiskinan. Kemiskinan dari segi ekonomi, ilmu, dan kesempatan. Secara nasional, Indonesia memang mengalami perbaikan di bidang ekonomi. Angka kemiskinan menurun dari 13,3% menjadi 9,82% sejak tahun 2010 sampai dengan 2018.

 

Gizi pada Area Rural vs Urban

 

Selain itu, kemiskinan di area urban dan rural memiliki perbedaan yang jomplang. Penurunan angka kemiskinan jauh lebih besar di area urban. Anak-anak pada area rural lebih rawan mengalami kemiskinan dari berbagai dimensi, seperti kurangnya kesempatan untuk mendapat pendidikan, tidak mendapatkan asuransi kesehatan, gizi yang buruk, situasi rumah dan fasilitas sanitasi yang tidak memadai, dan masih banyak lagi. 

Indonesia memang mengalami penurunan angka stunting. Akan tetapi, jika dilihat perbedaan angka stunting antar daerah di Indonesia secara keseluruhan, beberapa daerah Indonesia, yaitu daerah Papua, Sulawesi, dan Maluku malah mengalami kenaikan angka stunting. Hal ini berkorelasi dengan laporan pada tahun 2014 bahwa angka mortalitas maternal tertinggi di Indonesia dipegang oleh Papua Barat. Kalimantan Tengah, Maluku, dan Sulawesi Tengah. Salah satu penyumbang angka mortalitas maternal ini adalah ibu usia muda. Kemiskinan di Indonesia memang secara signifikan mempengaruhi anak perempuan, yang mana akan tumbuh menjadi ibu. Anak perempuan yang tidak terekspos terhadap pendidikan yang memadai cenderung mengalami perkawinan usia muda. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko mortalitas maternal dan neonatal. Selain itu, angka wasting di Indonesia juga cukup tinggi. Wasting merupakan kondisi yang disebabkan kekurangan nutrisi akut dan terserang penyakit berulang yang dapat meningkatkan angka mortalitas anak. Stunting dan wasting sama-sama berakar dari buruknya nutrisi pada awal kehidupan anak. 

 

Indonesia mengalami penurunan prevalensi stunting seiring bertambahnya tahun. Data hasil utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan penurunan jumlah stunting dari 37,6% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, terlihat penurunan tren stunting dari 24,4% pada tahun 2021 turun menjadi 21,6% pada tahun 2022. Akan tetapi, angka tersebut masih jauh dari angka stunting untuk turun menjadi 14% yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2014 sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Banggakencana) dan Percepatan Penurunan Stunting pada Rabu, 25 Januari 2023.

 

Dapat dilihat bahwa masalah stunting di Indonesia bukan hanya sekedar masalah kekurangan gizi, tetapi juga masalah struktural. Pemerintah sendiri memang sudah mengadakan beberapa usaha untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, salah satunya adalah anggaran kesehatan yang terus naik dalam lima tahun terakhir.  Dibentuk pula Tim Pendamping Keluarga di desa serta penyediaan makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronis (PMT Bumil KEK) dan balita kurus. Akan tetapi, dari besarnya anggaran yang dialokasikan, perwujudan di berbagai daerah masih belum maksimal.  Masih banyak pejabat dan petugas daerah setempat yang memanfaatkan anggaran untuk hal-hal tidak perlu seperti rapat dan perjalanan dinas. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan lebih serius dan persisten dalam mengatasi masalah stunting ini serta masalah kemiskinan struktural untuk generasi penerus masa depan yang lebih cerah.Inggrid

 

Referensi

  1. Stunting in a Nutshell [Internet]. World Health Organization; 2015 [cited 2023 Aug 18]. Available from: https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
  2. Presiden Targetkan angka stunting di Indonesia turun hingga 14 Persen Pada 2024 [Internet]. 2023 [cited 2023 Aug 18]. Available from: https://www.setneg.go.id/baca/index/presiden_targetkan_angka_stunting_di_indonesia_turun_hingga_14_persen_pada_2024
  3. Unicef. The State of Children in Indonesia [Internet]; 2020  [cited 2023 Aug 18]. Available from: https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2020-06/The-State-of-Children-in-Indonesia-2020.pdf
  4. Munira SL. Hasil survei status gizi indonesia [Internet]; 2023 [cited 2023 Aug 18]. 
  5. Revealing The Missing Link Private Sector Supply-Side Readiness for Primary Maternal Health Services In Indonesia [Internet]. 2017 [cited 2023 Aug 18]. Available from:. http://documents.worldbank.org/curated/en/418491498057482805/pdf/116608-REVISED-PUBLICMaternal-Health-23-July-2018-lores.pdf
  6. 1. Anggaran stunting naik, jangan terlalu banyak untuk rapat Dan Perjalanan Dinas [Internet]. 2023 [cited 2023 Aug 18]. Available from: https://stunting.go.id/anggaran-stunting-naik-jangan-terlalu-banyak-untuk-rapat-dan-perjalanan-dinas/

Liburan_[Inggrid Amadea]_Apakah Permasalahan Stunting di Indonesia Hanya Soal Kurang Gizi Semata atau Masalah Struktural?

Share your thoughts