Liburan_Nabila Kanyaka_Digoksin dan Gagal Jantung

Ketahui Digoksin, Cegah Gagal Jantung

Menaklukan Gagal Jantung dengan Tepat dan Presisi

Ilustrasi Gagal Jantung

 

Gagal jantung atau heart failure merupakan kondisi medis dimana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup bagi tubuh. Hal ini disebabkan oleh kelainan fungsional dan atau struktural jantung yang mengganggu suplai darah ke sistem sirkulasi. Gagal jantung dihadapi dengan perubahan gaya hidup, prosedur medis, dan pemberian obat-obatan, salah satunya dengan digoksin.

Etiologi

Digoksin berasal dari bunga foxgloves atau Digitalis lanata. Obat ini termasuk golongan glikosida jantung yang umum digunakan untuk menangani berbagai gangguan jantung, terutama gagal jantung. Obat ini memiliki efek positif inotropik  yang meningkatkan kontraksi otot jantung.

Farmakodinamik

Digoksin meningkatkan kontraksi jantung melalui peningkatan konsentrasi ion kalsium pada sel jantung. Ikatan antara ion kalsium dan sel otot yang bertambah banyak menghasilkan efek inotropik positif. Efek ini mendorong kerja otot jantung untuk memompa lebih banyak darah sehingga suplai darah yang masuk ke sistemik terpenuhi.

Farmakokinetik

Pemberian digoksin yang paling optimal adalah melalui intravena atau langsung ke pembuluh darah. Administrasi digoksin lainnya dapat melalui mulut atau secara oral. Sebesar 70─80% digoksin diabsorpsi dan didistribusikan secara luas ke berbagai jaringan dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada jantung dan ginjal. Waktu paruh kerja digoksin yang normal selama 24─65 jam kemudian diekskresikan oleh ginjal.

Efek Samping 

Rentang terapeutik digoksin cukup sempit. Pemberian digoksin dengan dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping, bahkan berujung pada toksisitas obat. Faktor seperti berat badan, usia, kondisi ginjal, dan kadar kalsium mempengaruhi potensi toksisitas digoksin. Efek samping pemberian digoksin berupa mual, muntah, penurunan nafsu makan, gangguan penglihatan, gangguan irama jantung, ruam, sakit kepala, kelelahan, dan ginekomastia atau pembesaran kelenjar payudara pada pria.

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi pemberian digoksin yang optimal adalah untuk gagal jantung ringan hingga sedang. Digoksin dapat juga diberikan untuk aritmia walaupun bukan sebagai obat pilihan pertama. Dalam beberapa kondisi, digoksin umum digunakan dalam prosedur aborsi. Digoksin terbukti mampu menangani pengobatan takiaritmia supraventrikular pada janin yang berujung pada kontraksi rahim dan keguguran janin.

Sebaliknya, digoksin tidak boleh digunakan pada beberapa kondisi medis, yaitu hipersensitivitas terhadap obat, infark miokard akut, fibrilasi ventrikel, miokarditis, hipokalemia (kadar kalsium rendah), dan magnesium (kadar magnesium rendah). Kontraindikasi digoksin juga berlaku pada pengidap sindrom Wolf-Parkinson-White (WPW).

Toksisitas digoksin dapat disebabkan oleh interaksi dengan obat lain. Obat-obatan yang tidak boleh dikonsumsi berbarengan digoksin adalah antijamur azol, antibiotik makrolida penghambat P-glikoprotein, rifampin, dronedarone, diuretik loop, quinidine, dan produk kalsium intravena.

Perbandingan Digoksin dengan Obat Gagal Jantung Lainnya

Selain digoksin, obat yang umum digunakan untuk gagal jantung adalah milrinone. Kedua obat ini memiliki efek inotropik positif dengan tujuan utama meningkatkan fungsi dan output jantung. Namun, cara kerja (dari segi farmakodinamik) dan karakteristik kedua obat ini tetap berbeda. 

Milrinone diberikan kepada kondisi jantung yang membutuhkan inotropik dan vasodilator yang lebih intensif. Administrasi kedua obat ini sama, melalui intravena, tetapi waktu kerja milrinone lebih cepat dibandingkan digoksin. Rentang terapeutik milrinone juga lebih luas dibandingkan digoksin dengan efek sampingnya tetap sama. Namun, berdasarkan penelitian yang membandingkan pemberian oral digoksin dan milrinone, milrinone tidak memiliki efek sesignifikan obat digoksin. Bahkan, penelitian ini menunjukkan milrinone dapat memperburuk aritmia ventrikel.

 

Artikel ini diharapkan dapat membantu pemahaman masyarakat mengenai medikasi dalam dalam tata laksana gagal jantung. Walaupun terbukti efektif, obat digoksin tetap memiliki batasan dan risiko. Penggunaannya tetap harus dibawah pengawasan dokter melihat rentang terapeutik yang cukup sempit dan rawan toksisitas obat.

 

Daftar Pustaka

  1. Malik A, Brito D, Vaqar S, et al. Congestive Heart Failure. [Updated 2022 Nov 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430873/
  2. David MNV, Shetty M. Digoxin. [Updated 2023 Jan 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556025/
  3. Lisalo E. Clinical pharmacokinetics of digoxin. Clin Pharmacokinet. 1977 Jan-Feb;2(1):1-16. doi: 10.2165/00003088-197702010-00001. PMID: 322907.
  4. Vandeven HA, Pensler JM. Gynecomastia. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430812/
  5. DiBianco R, Shabetai R, Kostuk W, Moran J, Schlant RC, Wright R. A comparison of oral milrinone, digoxin, and their combination in the treatment of patients with chronic heart failure. N Engl J Med. 1989 Mar 16;320(11):677-83. doi: 10.1056/NEJM198903163201101. PMID: 2646536.

Share your thoughts