Pembidaian Fraktur

Liburan_Nasywa Nur Aisyah_Cegah Perburukan pada Fraktur dengan Pembidaian yang Tepat

Pembidaian Fraktur

Mengetahui prinsip dan cara melakukan pembidaian yang benar

 

Patah tulang atau fraktur kerap terjadi pada kasus traumatologi. Mobilisasi pasien fraktur dapat menggeser bagian distal tulang yang tajam sehingga memungkinkan terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah. Oleh karena itu, pembidaian (splinting) perlu dilakukan untuk mengusahakan imobilisasi tulang serta mencegah timbulnya rasa nyeri pada pasien.

Pembidaian dilakukan dengan memasang bidai pada tubuh pasien untuk mencegah perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan bentuk anatominya. Bentuk dan panjang bidai yang digunakan bervariasi sesuai dengan bagian tubuh yang akan dilakukan pembidaian dan indikasinya. Pembidaian perlu dilakukan dengan tepat agar memberikan fungsi yang optimal dan tidak memperburuk kondisi pasien.

 

Tanda Fraktur

Pembidaian dilakukan pada anggota tubuh yang dicurigai mengalami fraktur. Beberapa tanda-tanda fraktur adalah terjadi pembengkakan (edema), terasa nyeri (dolor), terjadi perubahan bentuk serta terjadi gangguan fungsi (fungsiolaesa) pada bagian tubuh yang patah.

 

Persiapan Pasien

Langkah pertama yang perlu dilakukan pada pasien adalah memposisikannya sedemikian rupa sehingga bagian tubuh yang cedera dapat diakses dengan mudah. Pastikan bagian tubuh yang akan dilakukan pembidaian bebas dari perhiasan atau pakaian jika memungkinkan. Setelah itu, lakukan pemeriksaan fisik dengan teliti pada bagian tubuh yang akan dilakukan pembidaian. Periksa status vaskuler dan neurologis serta jangkauan gerakan pada bagian distal tubuh yang mengalami cedera. 

Periksa juga adanya luka terbuka, tanda fraktur, serta dislokasi pada pasien. Pada fraktur terbuka, kontrol perdarahan perlu dilakukan sebelum dilakukan pembidaian. Reduksi tertutup perlu dilakukan apabila terjadi dislokasi sendi.

 

Peralatan, Prinsip, dan Prosedur

Pastikan petugas kesehatan yang bersangkutan telah memakai alat pelindung diri (APD) sebelum melakukan pembidaian. Analgesik seperti morfin dapat digunakan jika dibutuhkan. Siapkan bidai, pembalut kasa, serta kasa steril. Kasa steril digunakan untuk menutupi luka terbuka. Bantalan (padding) diperlukan jika menggunakan bidai yang keras. 

Prinsip yang digunakan dalam membidai adalah bidai harus melalui dua sendi, yaitu sendi di sebelah proksimal dan distal fraktur. Bidai dibungkus dengan pembalut sebelum digunakan.  Ukuran panjang bidai yang digunakan diperoleh dengan mengukur panjang bagian tubuh kontralateral yang tidak mengalami cedera. Penggunaan dua buah bidai saja tidak masalah. Akan tetapi, menggunakan tiga buah bidai akan lebih baik dan stabil. Bidai diikat ke tubuh pasien menggunakan pembalut dengan jumlah ikatan yang cukup untuk menopang bidai dan bagian tubuh tersebut. 

Prosedur lebih rinci disesuaikan dengan anggota tubuh yang dilakukan pembidaian. Pasien tidak boleh dipindahkan sebelum dilakukan pembidaian kecuali sedang berada di tempat yang berbahaya. 

Observasi setelah pembidaian dilakukan dengan memastikan bidai yang digunakan dan posisi imobilisasi sudah sesuai. Selain itu, pemeriksaan status vaskuler dan neurologis, pemeriksaan fungsi sensorik dan motorik ekstremitas, serta pemeriksaan adanya komplikasi yang terjadi juga dilakukan. Setelah itu, pasien dapat dipindahkan ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh tindakan lebih lanjut oleh dokter spesialis. nasywa

 

Referensi :

  1. Boyd AS, Benjamin HJ, Asplund C. Principles of casting and splinting. Am Fam Physician. 2009 Jan 1;79(1):16-22. PMID: 19145960.
  2. First aid : splint [Internet]. Saudi Arabia: King of Saudi Arabia Ministry of Health; 2019 May 27 [cited 2023 Aug 14] . Available from : https://www.moh.gov.sa/en/HealthAwareness/EducationalContent/Firstaid/

Share your thoughts