Liburan_Najiba Gina Nurisma_Kuasai Asesmen Neurovaskular dengan 6P!
Mengenali prinsip 6P untuk asesmen neurovaskular yang lebih baik
Dalam melakukan asesmen tubuh menyeluruh, kita tidak dapat luput dari asesmen neurovaskular. Asesmen ini adalah tes sistematik yang digunakan oleh tenaga klinis untuk menilai fungsi neurovaskular, gangguan aliran darah pada ekstremitas, dan kerusakan pada saraf perifer. Beberapa latar belakang mengapa asesmen neurovaskular perlu dilakukan adalah cedera pada aspek muskuloskeletal (termasuk ekstremitas) dan komplikasi yang dapat menyebabkan cedera permanen seperti sindrom kompartemen bahkan kematian. Untuk menguasai asesmen ini, tenaga klinis dapat menerapkan prinsip 6P yang terdiri dari pain, poikilothermia, paresthesia, paralysis, pulselessness, dan pallor.
Ketika asesmen dilakukan, pain (nyeri) semestinya hanya dapat dirasakan pada situs cedera. Pemeriksaan akan diawali dengan menanyakan pasien mengenai lokasi, skala nyeri, dan radiasi cedera. Selain itu, karakteristik nonverbal tetap harus diperhatikan. Kemampuan untuk mengontrol suhu inti tubuh (poikilothermia) berfungsi dengan baik apabila suhu pada ekstremitas terdampak sama dengan suhu seluruh tubuh. Posisikan punggung tangan pada kedua ekstremitas (cedera dan non-cedera) secara bilateral untuk membandingkan suhu keduanya. Selanjutnya, perasaan kesemutan dan mati rasa atau paresthesia dapat terjadi setelah cedera atau tindakan operasi apabila ada saraf yang mengalami gangguan. Sentuhan ringan pada ekstremitas dan gerakan menusuk kecil dengan benda tajam seperti pulpen dapat mengindikasikan adanya rasa kesemutan. Paralysis adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan sebagian atau anggota tubuh. Pasien dapat melakukan beberapa gerakan tertentu yang melibatkan kedua sisi tangan dan kaki untuk melihat adanya perbedaan di antara keduanya.
Lebih lanjut, pulselessness mengindikasikan ketiadaan nadi pada saraf radialis, dorsalis pedis, dan tibialis posterior. Perbandingan dengan bagian tubuh lainnya harus dilakukan untuk mengindikasikan kekuatan denyut secara simetris. Kekuatan denyut dapat dinilai dengan skala skor 0 hingga +3 dimana 0 tanpa adanya denyut sama sekali dan +3 untuk denyut yang sangat kuat. Terakhir, indikator yang tidak kalah penting adalah pallor yang ditandai dengan kulit pucat. Hal ini menjadi salah satu tanda awal dari sindrom kompartemen. Perubahan warna vena di permukaan kulit menjadi keunguan atau biru mengindikasikan pengembalian darah yang kurang baik. Asesmen dilakukan dengan membandingkan warna pada kulit di kedua sisi tubuh. Kita dapat mengamati warna pucat, keunguan, atau kebiruan yang muncul pada permukaan kulit.
Walaupun terlihat sederhana, asesmen 6P sangat membantu tenaga klinis dalam melakukan asesmen neurovaskular. Langkah-langkah yang dilakukan dengan benar dan tepat dapat membuat proses diagnosis terkait sindrom kompartemen menjadi jauh lebih efisien dan nyaman bagi pasien. najiba
Referensi
- Pechar J, Lyons MM. Acute compartment syndrome of the lower leg: A review [Internet]. JNP. 2016: 12(4); 265-270. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4970751/.
- The Royal Children’s Hospital. Neurovascular observation [Internet]. Update 2023 Feb; cited 2023 Aug 12. Available from: https://www.rch.org.au/rchcpg/hospital_clinical_guideline_index/Neurovascular_observations/.