Rute obat

Liburan_Muhammad Bimo Ramadhan_Kurangi Kematian Akibat Kanker Payudara

Cegah dan deteksi dini kanker payudara demi kualitas kesehatan yang lebih baik

Postingan Cegah Kanker Payudara

Image by diana.grytsku on Freepik

Pengertian dan Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan umor ganas yang dapat berasal dari epitel ductus/lobulus di jaringan payudara. Kanker tersebut menjadi salah satu jenis kanker dengan prevalensi terbanyak di Indonesia, dengan angka kejadian sebesar 12/100.000 (di Amerika sebesar 92/100.000 dengan mortalitas 18%). Permasalahan lainnya, lebih dari 80% kasus kanker payudara di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut sehingga pengobatan sulit dilakukan. Oleh karenanya, diperlukan upaya pencegahan, skrining, pengobatan, serta rehabiliasi yang optimal demi mewujudkan pelayanan yang maksimal.

Klasifikasi Kanker Payudara

Stadium kanker payudara (0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IIIC, atau IV) dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, edisi 7. Klasifikasi tersebut mempertimbangkan kategori tumor, kelenjar getah bening regional, dan metastasis jauh. Selain itu, salah satu metode grading yang populer untuk pengukuran tingkat kanker payudara adalah Nottingham Grading System yang diukur berdasarkan tubular formation, mitotic count, dan nuclear pleomorphism. Terdapat tiga klasifikasi kanker: well differentiated (skor 3 – 5), intermediate grade (skor 6 – 7), dan high grade (skor 8 – 9).

Pencegahan Primer

Kegiatan prevensi atau pencegahan kanker payudara dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder. Pencegahan primer merupakan usaha agar seseorang tidak terkena kanker dengan cara menghilangkan atau mengurangi beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan prevalensi kanker tersebut. Terdapat beberapa faktor risiko yang memiliki nilai Risiko Relatif (RR) sangat tinggi (>4), seperti peningkatan usia (>50 tahun), mutasi gen (BRCA1, BRCA2, atau p53), DCIS payudara ipsilateral, LCIS densitas tinggi mamografi, dan radiasi sebelum usia 30 tahun. Selain itu, terdapat juga faktor risiko lain yang meliputi hiperplasia duktus atipikal, kadar estrogen darah tinggi pascamenopause, riwayat keluarga yang terkena kanker payudara, DCIS kontralateral, menarche dini (<12 tahun), menopause lambat (>55 tahun), obesitas, konsumsi alkohol, dan riwayat keganasan lain.

Pencegahan Sekunder (Skrining)

Pencegahan sekunder kanker payudara adalah langkah skrining untuk menemukan abnormalitas yang mengacu pada kanker tersebut. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi kanker sedini mungkin untuk meningkatkan efektivitas hasil pengobatan. Efektivitas yang meningkat tentu dapat mengurangi  kekambuhan, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan angka mortalitas. Terdapat tiga cara dalam pencegahan sekunder: Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS), dan skrining mamografi.

SADARI dapat dilakukan setiap bulan oleh masing-masing wanita, mulai dari usia 20 tahun, pada 7 – 10 hari setelah haid berakhir. Langkah melakukan SADARI meliputi observasi payudara di depan cermin, dengan posisi lengan berkacak pinggang (langkah 1) dan diangkat (langkah 2). Hal itu dilakukan untuk memperhatikan beberapa kemungkinan, seperti dimpling, kulit keriput/bengkak, posisi puting yang masuk ke dalam/bengkak, dan pengeluaran cairan dari puting. Kemudian, dalam posisi berbaring, observasi dilakukan dengan meraba payudara (arah vertikal/melingkar) dengan tangan secara menyilang menggunakan telapak jari ke-2 sampai ke-4. Perabaan tersebut juga dilakukan dalam posisi berdiri dan kondisi payudara yang basah dan licin (menggunakan sabun).

SADANIS dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih sekurang-kurangnya tiga tahun sekali atau saat ditemukannya abnormalitas pada proses SADARI. SADANIS dilakukan untuk mengonfirmasi kelainan kanker payudara dan jenisnya (jinak, ganas, atau perlu pemeriksaan lebih lanjut). Untuk informasi lebih rinci, buku Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Kemenkes RI dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan SADARI/SADANIS. Selanjutnya, langkah pencegahan terakhir adalah skrining mamografi yang memiliki sensitivitas 70 – 80% dan spesifisitas 80 – 90%. Skrining mamografi memiliki peran penting untuk mendeteksi tumor-tumor yang non-papable atau berukuran sangat kecil.bimo

Referensi artikel: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/414/2018

Lihat artikel lainnya di Website PPAB Beranisehat!

1 Comment

Join the discussion and tell us your opinion.

Muhammad Bimo Ramadhanreply
August 11, 2023 at 11:46 am

????????????

Leave a reply